Jumat, 21 Juni 2013

Metode Penulisan Sejarah



METODE PENULISAN SEJARAH[1]
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
A. Sobana Hardjasaputra[2]


PENDAHULUAN
            Sejarah merupakan bidang yang sangat “ramah” bila dibandingkan dengan bidang ilmu lainnya, karena sejarah dapat diminati oleh siapa saja, termasuk penulisannya. Oleh karena itu, tulisan sejarah ada yang bersifat populer dan ada yang bersifat ilmiah. Tulisan sejarah populer biasanya dibuat oleh sejarawan amatir, tanpa berpedoman pada metode sejarah. Tulisan sejarah ilmiah dibuat oleh sejarawan professional dengan berlandaskan pada metode sejarah. Sejalan dengan hal yang disebut terakhir, metode penulisan sejarah yang dibicarakan dalam makalah ini adalah metode penulisan sejarah ilmiah. Memang pembicaraan masalah itu yang ditugaskan oleh panitia seminar kepada saya.
            Selaku warga Jawa Barat yang berkecimpung dalam bidang social budaya, khususnya sejarah, saya menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada pimpinan Dinas Periwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat yang menaruh perhatian terhadap kesejarahan Jawa Barat melalui seminar bertema “Penanaman Nilai-Nilai Kesejarahan Jawa Barat”. Penanaman nilai-nilai kesejarahan memang penting untuk dilakukan, karena sejarah sarat dengan pengalaman-pengalaman penring dan kearifan manusia di masa lampau. Totalitas pengalaman-pengalaman penting dan kearifan itu seyogyanya menjadi bahan pembelajaran dalam menghadapi kehidupan masa kini dan menghadapi kehidupan di masa mendatang.

SYARAT PENULISAN SEJARAH ILMIAH
            Penulisan sejarah ilmiah memiliki persyaratan menyangkut topik yang akan ditulis dan kemampuan calon penulis.
a.  Topik
     Topik yang dipilih untuk menulis sejarah, tidak sembarang topik, tetapi topik itu harus memenuhi syarat tertentu, yaitu:
     1. Menarik (interesting topic).
     2. Memiliki arti penting (significant topic).
     3. Dapat dikerjakan karena sumber-sumbernya tersedia dan dapat diperoleh                                     (manageable topic).
b.  Kemapuan Calon Penulis
     Calon penulis harus memahami/menguasai metode sejarah, sehingga mampu mencari dan mengolah sumber yang diperlukan dan mampu menuliskan hasil             penelitiannya menjadi karya sejarah yang memenuhi cirri-ciri tulisan sejarah      ilmiah.
     Metode sejarah mencakup empat tahap kegiatan, yakni:
     1. Pencarian dan pengumpulan sumber (heuristik).
     2. Kritik sumber, yaitu menilai otentisitas dan kredibiltas sumber.
     3. Interpretasi data sehingga diperoleh fakta.
     4. Merangkaikan fakta menjadi tulisan yang sistematis dan harmonis (historio-                                   grafi).
     Ciri-ciri umum tulisan sejarah ilmiah adalah uraiannya bersifat diakronis/kro-  nologis, sistematis, deskriptif-analitis, yang menunjukkan dan menjelaskan kausalitas (hubungan sebab-akibat).


PROSES PENULISAN SEJARAH
            Sejarah merupakan suatu proses, karena peristiwa sejarah tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan memiliki latar belakang dan factor-faktor penyebab. Penulisan sejarah pun memiliki proses berupa tahapan kegiatan. Proses penulisan sejarah ilmiah mencakup tahapan kegiatan sebagai berikut.
1.  Kegiatan Awal
     a)  Setelah topik ditentukan, pahami masalah pokok (substansi masalah) serta                                   ruang lingkupnya, dan tentukan pula ruang lingkup tempat (spasial) dan                             ruang lingkup waktu (temporal/kurun waktu).
     b)  Segera cari beberapa sumber tertulis yang merupakan sumber acuan utama,                                 untuk menambah pemahaman ruang lingkup masalah yang akan ditulis/ di-                                    bahas.
     c)  Pembuatan kerangka tulisan
          Berdasarkan pemikiran calon penulis ditunjang oleh hasil penelaahan ter-                          hadap beberapa sumber acuan utama, buat kerangka tulisan, meskipun ma-                                sih bersifat sementara. Kerangka itu harus memiliki ciri-ciri kerangka tulis-                          an sejarah ilmiah, yaitu:
          1) Kerangka tulisan harus mencerminkan ruang lingkup masalah yang akan                                         ditulis/dibahas. Masalah apa yang harus menjadi judul bab dan masalah                                             apa yang harus menjadi judul subbab.
          2) Pembagian bab harus bersifat kronologis dan sesuai (mencerminkan) ma-                                             salah pokok yang ditulis.
          3) Urutan subbab harus menunjukkan ruang lingkup bab yang bersangkutan.                                 Urutan subbab pada setiap bab harus sistematis dengan memperhatikan                                             hubungan kausalitas.
          4) Hindari adanya judul bab atau subbab yang kalimatnya sama persis                                          dengan judul tulisan.

2.  Pencarian/Pengumpulan Sumber (Heuristik)
     Ÿ  Telaah kerangka tulisan untuk mengetahui data apa yang diperlukan untuk                                     tiap bab dan subbab.
     Ÿ  Dengan berpatokan pada data yang diperlukan, jenis-jenis sumber-sumber                                    (tertulis) apa yang harus dicari/dikumpulkan? à Arsip/dokumen, buku, jur-                                   nal/majalah, surat kabar, dll.
         Untuk menulis sejarah ilmiah, sumber tertulis yang digunakan harus lebih                            banyak sumber primer daripada sumber sekunder. Syukur bila di antara sum-                           ber primer itu ada yang berupa sumber otentik.

3.  Pengolahan Sumber dan Data
     Ÿ  Setelah sumber yang diperlukan diperoleh, terlebih dahulu dilakukan kritik                                     sumber, untuk mengetahui otentisitas dan kredibiltas sumber.
     Ÿ  Telaah setiap sumber dengan menggunakan teknik membaca yang efektif                           dan efisien untuk mencari data yang diperlukan.
     Ÿ  Data sebaiknya dicatat dengan sistem kartu. Satu kartu memuat satu data.
         Contoh:


 Natanegara, Rd. Asik. 1938.
            “Sadjarah Soemedang Ti Djaman Koempeni Toeg Nepi ka Kiwari”.             Voksalmanak Soenda. Taoen ka XX. Batavia: Bale Poestaka.
96

Koe lantaran aja djalan bĕsar anjar beunang ngahadean djeung ngagĕdean tea dajeuh Bandoeng dipindahkeun ti Dajeuh Kolot ka sisi djalan gĕde lĕbah sisi Tjikapoendoeng ari dajeuh Parakan-moentjang dipindahkeun ka kampoeng Anawedak. Bareng djeung dipindahkeunana eta doea dajeuh dina sabisluit keneh tg. 25 September 1810 diangkat kana Patih Parakanmoentjang Raden Soeria, Patinggi Tjipatjing ngaganti Raden Wirakoesoemah, …..



 
 














          Pencatatan data dengan sistem kartu memiliki beberapa manfaat/keuntung-                                   an:
          a)  Memudahkan pengklasifikasian data berdasarkan bab dan subbab pada                                              kerangka tulisan.
          b)  Memperlancarkan proses penulisan.
          c)  Mempermudah pembuatan daftar pustaka/sumber.

IMPLEMENTASI Penulisan
          Penulisan sejarah ilmiah harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1)  Skema
     Sebelum mulai menulis, sebaiknya dibuat dulu skema alur uraian tiap subbab             pada tiap bab, dengan berpatokan pada kerangka tulisan. Hal ini terutama perlu     dilakukan oleh penulis pemula.
     Skema itu dimaksudkan sebagi pedoman penulis dalam merangkaikan data.
2)  Rangkaian Data
     Pada setiap subbab rangkaian data harus bersifat kronologis dan sistematis, dengan memperhatikan hubungkait antar data, termasuk hubungan kausalitas.
     Pencatatan data dengan sistem kartu, akan memperlancar kegiatan merangkai                       data.

3)  Uraian
     Ÿ  Tulisan sejarah ilmiah harus bersifat deskriptif-analisis.
     Ÿ  Hubungan antar aklimat, antar paragraf, dan antar subbab harus jelas.
     Ÿ  Penunjukan sumber pada naskah (teks) harus tepat, jelas, dan benar, sesuai                                  dengan aturan dan teknis penulisan karya tulis ilmiah.
         Contoh:
         Kota Bandung diresmikan sebagai ibukota Kabupaten Bandung bersamaan dengan                          pengangkatan Raden Suria menjadi Patih Kabupaten Parakanmuncang. Kedua pe-                               ristiwa itu dinyatakan dalam surat keputusan (besluit) tanggal 25 September 1810*)                             (Natanegara dalam Volksalmanak Soenda. Tahun ke XX, 1938: 96)
     Ÿ  Bila bagian akhir tulisan berupa simpulan, uraiannya harus benar-benar ber-                                   nada simpulan, bukan berupa ikhtisar atau resume. Simpulan dalam karya                                 tulis ilmiah merupakan keputusan dalam bentuk dan prosedur pemikiran in-                                duktif atau deduktif.
         Pemikiran induktif menghasilkan simpulan umum dari hal-hal yang bersifat                          khusus. Pemikiran deduktif adalah kebalikannya.
4)  Bahasa dan Bentuk Kalimat
     Ÿ  Dalam membuat uraian, gunakan bahasa yang baik dan benar berdasarkan                                    kaidah-kaidah bahasa yang berlaku.
     Ÿ  Gunakan kalimat efektif, yakni kalimat pendek tetapi jelas dan tuntas, tidak                                   rancu atau ngambang.
         Contoh:
         Kalimat tidak efektif:
         Pada saat itu telah banyak penduduk dari etnis Sunda dan Eropa yang tinggal di                                Sunda Kalapa. Hal itu disebabkan karena Sunda Kalapa adalah sebuah pelabuhan                             penting, sehingga banyak didatangi oleh para pedagang.
         Kalimat efektif:
Awal abad ke-17 banyak orang Sunda dan Eropa tinggal di Sunda Kalapa. Hal itu disebabkan Sunda Kalapa adalah sebuah pelabuhan penting, sehingga sering didatangi oleh para pedagang.

     Ÿ  Kata/istilah yang digunakan harus sesuai dengan konteks permasalahannya.

5)  Daftar Pustaka/Sumber
     Ÿ  Tulisan ilmiah harus disertai oleh daftar pustaka/sumber yang digunakan se-                                   cara langsung dalam menulis uraian. Istilah ”daftar pustaka” digunakan bila                            sumber-sumber yang digunakan adalah sumber tertulis. Istilah ”daftar sum-                                ber” digunakan bila sumber yang digunakan adalah sumber tertulis dan sum-            ber lisan (informan).
     Ÿ  Format penulisan identitas tiap sumber harus berpedoman pada aturan baku                                  (standar internasional), yaitu mirip uraian identitas sumber pada kartu kata-                                 log perpustakaan (Lihat Lampiran). Identitas sumber itu disusun secara alpa-                                   betis,dengan berpedoman pada aturannya.
         Hal itu perlu dilakukan, karena daftar pustaka/sumber merupakan bagian                           integral dari tulisan ilmiah.
6)  Lampiran
     Bila tulisan sejarah dilengkapi oleh lampiran, harus diperhatikan hal-hal          sebabai berikut:
     Ÿ  Lampiran harus jelas hubungannya dengan masalah yang ditulis.
     Ÿ  Bila lampiran lebih dari satu, urutannya harus sesuai dengan alur uraian.


PENUTUP
            Bila bertolak dari awal adanya kerajaan di Jawa Barat, yaitu Kerajaan Tarumanagara (abad ke-4 Masehi), berarti Sejarah Jawa Barat mencakup kurun waktu sangat panjang. Namun sampai saat ini, tulisan Sejarah Jawa Barat yang komprehensif dan bersifat ilmiah, dapat dikatakan belum ada. Tulisan-tulisan yang telah ada baru terbatas pada aspek-aspek tertentu. Sebagian dari tulisan-tulisan itu bersifat tulisan populer.
            Oleh karena itu, seyogyanya Sejarah Jawa Barat ditulis secara komprehensif dan bersifat ilmiah, sehingga nilai-nilai kesejarahannya dapat dipahami. Untuk mencapai hal itu, penulisan Sejarah Jawa Barat sebaiknya diawali oleh penulisan secara tematis, dalam arti penulisan per aspek secara mendalam (pemerintahan dan politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, perlawanan terhadap penjajah, dan lain-lain). Penulisan secara tematis itu dapat dibagi berdasarkan zaman (zaman kerajaan, zaman penjajahan, dan zaman kemerdekaan). Dalam hal ini, metode penulisan sejarah harus benar-benar dipahami dan dikuasai oleh para penulis sejarah. Para sejarawan amatir pun ada baiknya bila memahami metode penulisan sejarah (metode sejarah), agar tulisan sejarah yang dihasilkannya menjadi tulisan sejarah bersifat ilmiah populer dan mereka mengetahui kesalahan-kesalahan umum dalam penulisan sejarah.



Bandung, 19 Maret 2013

SUMBER ACUAN


Abdullah, Taufik dan Surjomihardjo, Abdurrachman (eds.). 1985.
            Ilmu Sejarah dan Historiografi; Arah dan Perspektif. Jakarta: Gramedia.
Albaugh, Ralph M. 1960.
Thesis Writing; A Guide to Scholarly Style. Paterson, N.J.: Littlefield, Adams.
Anderson, Jonathan et al. 1970.
            Thesis and Assignment Writing. New York: John Wiley & Sons.
Basri MS. 2006.
Metodologi Penelitian Sejarah (Pendekatan, Teori dan Praktik). Jakarta: Restu Agung.
Brown, Bruce. 1969.
Thought, Thesis, Theme; An Introduction to Rhetoric. Belmont, California: Dickenson Publishing Company.
Hardjasaputra, A. Sobana. 2010.
Metode Penelitian dan Penulisan Sejarah. Naskah belum diterbitkan. Clayton, Victoria, Australia.
Indonesia. Depdikbud. 1990.
            Subtema Penulisan Sejarah. Kumpulan Makalah Seminar Sejarah      Nasional V. Jakarta: Depdikbud. Disjarah Nitra. Proyek IDSN.
Indriati, Etty. 2006.
Menulis Karya Ilmiah: Artikel, Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kartodirdjo, Sartono. 1982.
Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia; Suatu Alternatif. Jakarta: Gramedia.
Kent, Sherman. 1967.
            Writing History. 2nd. New York: Appleton-Century-Crofts.
Komaruddin. 1974.
            Metode Penulisan Skripsi dan Tesis. Bandung: Angkasa.
Kuntowijoyo. 2001
            Pengantar Ilmu Sejarah. Cet. ke-4.Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Notosusanto, Nugroho. 1971.
            Norma2 Dasar Penelitian dan Penulisan Sedjarah. Djakarta: Dep.    Hankam. Pusat Sedjarah ABRI.
-------. 1978.
Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengalaman). Jakarta: Yayasan Idayu.

Roth, Audrey J. 1966.
The Research Paper Form and Content. Belmont, California: Wadsworth Publishing Company.
Sastrohoetomo, Ali. 1977.
Karangan Ilmiah; Suatu Penuntun Menulis Laporan dan Skripsi. Jakarta: Pradnya Paramita.
Turabian, Kate L. 1973.
A Manual for Writers of Term Papers, Theses and Disertations. 4th  Edition. Chicago: The University of Chicago Press.

Lampiran

PENULISAN IDENTITAS SUMBER
PADA DAFTAR PUSTAKA/DAFTAR SUMBER
(Berdasarkan Aturan Berstandar Internasional)

FORMAT:
a) Buku
    Pengarang. Tahun terbit.
                 Judul buku. Keterangan jilid, cetakan/edisi (bila ada). Tempat terbit:            Nama penerbit (tanpa sebutan jenis perusahaan: CV, PT, dll.).
b)  Artikel dalam majalah/jurnal
     Penulis. Tahun terbit.
                 “Judul artikel”. Nama majalah/jurnal. Vol., Nomor, Th ke… : hal……
c)  Artikel dalam surat kabar
     Penulis. Tahun terbit.
                 “Judul artikel”. Nama surat kabar, tanggal: hal….
d)  Arsip/dokumen
                 Judul arsip/dokumen, tahun. Keterangan/kode. Lokasi.

CONTOH:
a)  Buku
     Pengarang tunggal
     Tjandrasasmita, Uka. 1967.
                 Sultan Ageng Tirtajasa Musuh Besar Kompeni Belanda. Djakarta:           Jajasan Nusalarang.
     Pengarang 2 orang
     Kartodirdjo, Sartono dan Suryo, Djoko. 1991.
                 Sejarah Perkebunan di Indonesia; Kajian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media.
     Pengarang lebih dari 2 orang
     Ali, Moh. et al. 1973.
                 Sejarah Jawa Barat; Suatu Tanggapan. Bandung: Pemda Kabupaten/      DT II Bandung.
     Karya terjemahan
     Benda, Harry J. 1980.
                 Bulan Sabit dan Matahari Terbit; Islam Indonesia Pada Masa    Pendudukan Jepang. Terjemahan Daniel Dhakidae. Jakarta: Pustaka       Jaya.
     Karya 1 orang editor
     Schrieke, B. (ed.). 1954.
                 The Effect of Western Influence on Native Civilizations in the Malay      Archivelago. Batavia: Kolff.

     Karya 2 orang editor atau lebih
     Booth, Anne et al. (eds.). 1988.
                 Sejarah Ekonomi Indonesia. Terjemahan Mien Joebhar. Jakarta:                           LP3ES.
     Karya/terbitan lembaga formal
     Indonesia. Arsip Nasional.
                 Memori Serah Jabatan 1921-1930 (Jawa Barat). Jakarta: ANRI.

b) Artikel dalam majalah/jurnal
     Wertheim, W.F. 1951.
                 “De Stad in Indonesië”. Indonesië, Vol. V: 24-40.

c. Artikel dalam surat kabar
     Hardjasaputra, A. Sobana. 2010.
                 “Titimangsa Jawa Barat”, Pikiran Rakyat, 24 Juli 2010:      32.

d. Arsip/Dokumen
     Besluit van den Gouverneur-General van Nederlandsch-Indie van 16 Januari                                  1913 no. 64”, Tentang pemerintahan Keresidenan Cirebon, dalam                               Staatsblad 1913 No. 130. Jakarta: ANRI.
     Atau:
    Staatsblad 1913 No. 130.
                 Tentang pemerintahan Keresidenan Cirebon. Jakarta: ANRI.
    Statistics Cheribon, 1817.
                Arsip Bundel Cheribon, no. 2/2. Jakarta: ANRI.

e.  Sumber Lisan (Informan)
     Suhari, Ahmad (70 tahun)
                 Mantan anggota Heiho Blitar. Wawancara. Bandung, 3 Mei 2010.

Catatan:
­ Format pengetikan identitas sumber : indensi menggantung.
   Seperti ditunjukan oleh contoh, baris pertama uraian sumber adalah nama       pengarang (dibalik) dan tahun terbit sumber, dipisahkan oleh tanda baca       titik.
­ Perhatikan unsur yang harus dicetak miring (Italic) dan penggunaan tanda       baca.
­ Untuk konsistensi, istilah et al. (singkatan dari et alii) digunakan untuk meng-  ganti dkk.
­ Jika sumber yang digunakan adalah sumber tertulis dan sumber lisan (wawancara dengan informan), maka judul yang digunakan adalah Daftar Sumber.



Bandung, 4 September 2004.
A. Sobana Hardjasaputra
 Sejarawan & Pustakawan


                [1] Makalah dalam seminar bertema “Penanaman Nilai-Nilai Kesejarahan di Jawa Barat”. Seminar diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat tanggal 26-27 Maret 2013 di Hotel Savoy Homann, Bandung.
                [2] Guru Besar Ilmu Sejarah Unpad & Unigal dan pustakawan.
                *) Besluitnya aslinya ditemukan di lembaga Arsip Nasional RI Jakarta, namun kondisinya sudah rusak parah. Berdasarkan dokumen itulah maka tgl. 25 September 1810 ditetapkan oleh DPRD Kota Bandung sebagai Hari Jadi Kota Bandung, dan saya diakui sebagai penemu hari jadi Kota Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar